Senin, 06 April 2015

Dini

Dini

Teruntuk dini cahayaku,
Entah harus memulai darimana , ketika sang pena tak lagi mau menari diatas secarik kertas polos nan putih.

Ketika semua harapan dan impian terasa memudar, ketika semua waktu terbuang serasa percuma, namun sekali lagi kau hadir sebagai penyemangat di setiap hari berat ku.

Untuk cahayaku, ya kamu memang seperti cahaya, yang membawaku dari kehidupan gelap dan tidak mengerti apa itu cinta, namun kau hadirkan cinta di saat cinta ini membutuhkan cinta.
Ingin sekali ku kecup kening mu dan memelukmu dalam hangatnya senja, namun apa daya, keterbatasan ku membuat aku tak berdaya dan hanya mampu menuangkan kedalam tulisan usang yang ku harap bermakna.

Dear dini,
Janganlah kau pergi meninggalkan hidupku yang fana ini. karena disini, Saat ini, sampai nanti kelak, aku akan terus berjuang, agar dapat memantaskan diriku untuk menjadi pendampingmu Di kehidupan dunia. Dan mengikatmu kedalam ikatan suci yang di sebut akad, dan kuharap kau jadi penyempurna ku, karena kau lah tulang rusuk ku yg lama hilang dari tubuhku yg ringkih ini.
Dan sang pena, hanya mampu menggoreskan tiga kata indah diatas kertas tadi
"Aku sayang kamu"

Senin, 17 November 2014

kasih Tak Sampai

aku jatuh cinta,
kepada seseorang yang hanya sanggup 
aku gapai punggung nya saja.

seseorang
yang hanya sanggup aku nikmati bayanganya
tapi tak kan pernah bisa aku miliki.

seseorang yang hadir bagaikan bintang jatuh
sekelebat
kemudian menghilang begitu saja
tanpa sanggup tangan ini menggenggamnya.

seseorang
yang hanya bisa aku kirimi isyarat
sehalus udara, langit, awan, ataupun hujan,

saat ini aku
aku adalah orang yang paling bersedih
karena aku tahu, apa yang tidak bisa aku miliki
 

 


Ketika Awan Berfilosofi

Awan, karena bentuknya yang selalu berubah, 
dan harus rela  luluh menjadi rintik hujan.

bentuknya selalu berubah mengikuti hukum alam, 
jatuh ke sungai, mengalir ke laut, terus mengalir ke langit, dan kembali berunah menjadi awan.

bukankah titik hujan pun tak pernah bertanya, 
mengapa mereka harus meninggalkan tata langit, ketika harus jatuh membasahi bukit. 

Minggu, 28 September 2014

Esa Hilang Dua Terbilang


Esa Hilang Dua Terbilang

"esa hilang Dua Terbilang"

Mungkin itu adalah kalimat yang pantas untuk mewakili apa yang saya alami hari ini.

ketika semua harapan, usaha serta doa, pupus dan menghilang di penghujung senja.

Namun Tuhan begitu indah merangkai serta menghapus beberapa scene yang ada agar tidak terlihat monoton.

ketika senja mulai menghilanng dari pelupuk mata, dan malam tiba dengan kegelapannya, kesendirian pun membunuh bersama dengan rintihan angin yang beriringan. Di saat itulah Kuasa Nya kembali berbicara.

Beliau hadirkan seseorang dari masa lalu yang mengusir semua kegundahan ini. Seakan menjadi cahaya di tengah badai kegelapan hati yang mulai menjadi.

Sabtu, 07 Juni 2014

The Special's

Tak pernah kubayangkan. Kelabu masih menghinggapi hari-hari ku
seperti tembok yang diselimuti debu. semenjak nadya meninggalkanku.
Seakan ku terasing di negeri yang dingin, Eropa..

Hingga ketika ku bertemu Imelda.
Dengan sosok indahnya yang menyelimuti aura surgawi.
Sorot matanya yang teduh,
pancarkan sinar khas lembah mandala wangi.
Yang membuat ku tergigil karenanya.

Sejuta misteri tersimpan nyaman di balik senyum indahnya
Yang membuat ku tak kuasa menembus dinding hatinya yang beku
Hingga saat ini ku tak berdaya untuk merajainya.

Oh Imelda, Jika kau adalah jawaban dari doa ku
Maka luluhkan lah sedikit tabirmu.
Agar cintaku nyaman bersemayam di dalamnya.

Bukan ku tak berani atau tak ada nyali.
Namun yang ku punya hanyalah sajak.
Perpaduan antara Drama komedi dan tragedi
Yang berdetak, hingga ke relung hati.
Imelda, Jika emas mu tak senada dengan sajak sembuku
Maka aku tak perlu.

Minggu, 04 Mei 2014

IMELDA

Butiran bintang di langit malam ini melukiskan wajahmu.
Entah mengapa kerinduan ini seakan memelukku hingga ku tergigil dibuatnya.
Imelda, sebuah nama indah Dari daratan Italia ini seakan menghantui mimpiku.
Laksana racun yang mewarnai darahku, Kau sebarkan benih cintamu yg begitu dahsyat di nadir ini. Hingga Ku terkapar tak berdaya di buatnya.

Untuk imelda cahayaku, tak Ada kata yang tepat Ku ucapkan selain terima kasih. Jutaan Trojan di tubuh ini sudah berhasil merusak sistem kerja otak Kiri. Membuatku buta Dan berfantasi mesra di bawah kilatan bintang malam ini.

Sorotan matamu berhasil melelehkan dinding di tubuh ini. Hilang, terbang, melayang Ku dibuatnya.
Ku ibaratkan engkau seperti senja. Yang menentramkan jiwa di Kala resah. Dan menghidupkan api semangat di Kala gundah. Namun dibalik senyumnya yang fana, Imelda menyimpan racun yang membunuh Jiwa.

Sabtu, 03 Mei 2014

Vera

                               Vera
Permata mungil yang berkilau ditengah mendung.
Laksana adelweis ungu yang terkena pantulan cahaya matahari di lembah indah Mandalawangi, begitulah ku melukiskan senyumu.

Kedipan matamu seperti fajar. Yang menentramkan bathin dikala resah.
Suara mu yang nyaring mampu memecahkan hening kesepian di hati ini.

Namun vera tetaplah wanita, yang menyimpan sejuta misteri di baliknya, dan siapa sangka Permata kecil ini juga bisa membuat sang Adam menderita.